Dalam beberapa tahun terakhir, mindfulness dan meditasi menjadi sangat populer, dan keduanya merupakan metode pengantar bagi banyak orang untuk menemukan kedamaian batin atau mengelola emosi mereka. Anda mungkin merasa bahwa Anda tahu sedikit tentang keduanya, jadi sekarang biarkan Xiao Sai, seorang konselor yang menggunakan keterampilan mindfulness dalam konseling psikologis, membantu Anda memahami mindfulness lagi!
Apa itu meditasi?
Ketika Anda memikirkan meditasi, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Banyak orang berpikir tentang meditasi atau tertidur.
Di antara banyak pertanyaan, saya yakin banyak orang memiliki pertanyaan berikut: Jingguan = meditasi?
Meditasi adalah salah satu metode latihan yoga yang tersebar dari India kuno. Ini bisa menjadi metode melatih perhatian (yaitu kontemplasi), tetapi tidak mewakili perhatian. Jadi, apa sebenarnya perhatian itu?
Kata mindfulness berasal dari agama Buddha dan mengacu pada fokus pada momen saat ini dan secara sadar menyadari kondisi mental seseorang. Ajaran Buddha percaya bahwa melatih perhatian penuh adalah salah satu dari Jalan Beruas Delapan yang dapat membantu orang keluar dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan. Menurut ajaran di atas, apakah meditasi termasuk kegiatan keagamaan?
Tidak, kenyataannya, penerapan meditasi modern telah berkembang dan tidak ada hubungannya dengan agama.
Bagaimana mindfulness menjadi favorit baru dalam psikologi?
Pada akhir abad yang lalu, Dr. Jon Kabat-Zinn memperkenalkan mindfulness ke dalam bidang psikologi. Kursus Pengurangan Stres Berbasis Mindfulness (MBSR) yang ia dirikan meningkatkan suasana hati dan rasa sakit melalui delapan minggu latihan mindfulness. Ia merangkum tujuh prinsip latihan: tidak menghakimi, menerima, Percaya pada diri sendiri, mengejar tanpa paksaan, bersabar, miliki niat awal, dan biarkan alam mengambil jalannya.
Seperti yang dikatakan dalam bukunya, hidup ini penuh dengan kesakitan (Bencana), sehingga kita perlu melatih kebijaksanaan fisik dan mental kita untuk menghadapi tekanan, rasa sakit dan penyakit, dan meditasi adalah salah satu metode yang efektif. Kemudian, mindfulness diintegrasikan lebih lanjut ke dalam Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan menjadi Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT), salah satu CBT generasi ketiga, yang secara khusus menargetkan pengobatan penyakit emosional.
Meditasi adalah kunci untuk kembali ke pulau terdalam
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat perkotaan perlu menghadapi tekanan dari berbagai aspek, mudah kehilangan kontak dengan masa kini, bahkan kehilangan kontak dengan pernapasannya sendiri. Oleh karena itu, praktik mindfulness yang paling dasar adalah memusatkan perhatian pada pernapasan, mengembalikan diri dari kekhawatiran tentang masa lalu dan masa depan ke masa kini, dan belajar mendengarkan perubahan dalam hati.
Thich Nhat Hanh pernah menjelaskan bahwa setiap orang memiliki sebuah pulau di dalam hatinya di mana Anda dapat beristirahat dengan baik, dan perhatian penuh adalah kunci untuk kembali ke pulau ini.
Saat kita sedang emosi, kita mudah terbawa oleh pikiran dan emosi kita, seperti kaki yang tertancap di lumpur. Melatih mindfulness berarti menyadari pikiran dan emosi, lalu secara sadar membawa diri Anda kembali ke momen saat ini. Seiring berjalannya waktu, ketika kita menghadapi hal-hal yang berbeda, meskipun kita masih memiliki emosi, karena kita memahami situasi batin kita dengan lebih baik, secara alami kita akan mampu menghadapinya dengan lebih tenang.
Penerapan mindfulness dalam konseling psikologis
Untuk memaksimalkan efektivitas meditasi mindfulness, tentu saja ideal untuk mengandalkan latihan sehari-hari. Namun di ruang konseling pada hari-hari biasa, meditasi juga memiliki fungsi khusus. Apalagi bagi klien yang lebih terbiasa didominasi oleh pikirannya, umumnya lebih sulit berhubungan dengan emosinya. Melalui latihan pemindaian tubuh sederhana, klien dapat mendeteksi perubahan pada tubuh mereka ketika menyebutkan peristiwa, dan dengan demikian menemukan petunjuk untuk menghubungkan dengan emosi mereka pada saat itu.
Di sisi lain, ketika klien memiliki kesempatan untuk dihadapkan pada peristiwa traumatis, sering kali hal tersebut membangkitkan perasaan yang belum terproses pada saat itu. Latihan pernapasan yang dipandu juga dapat dengan cepat menstabilkan emosi.
Mungkin bukan kebiasaan kita untuk memberikan sedikit ruang bernapas untuk diri kita sendiri dan dunia luar, namun mindfulness adalah tentang menghentikan mode autopilot kita dan memungkinkan kita untuk benar-benar berhubungan dengan diri kita sendiri❤️
Tautan ke artikel ini: https://m.psyctest.cn/article/7yxPYZdE/
Jika artikel asli dicetak ulang, harap sebutkan penulis dan sumbernya dalam bentuk tautan ini.